Wednesday, June 27, 2007

PERTEMUAN SPRITUAL CAPITAL BARAT DENGAN SPRITUAL CAPITAL TIMUR






Pertemuan antara Spritual Capital Barat Dengan Spritual Capital Timur
Tulisan ini diangkat dari Seminar
"When East Meet West :The New Formula to Win in the Third Millenium"

Antara Ary Ginanjar dan Danah Zohar

Ditulis : Oleh Zulfikar



Saya sangat suka sekali tulisan Ary Ginanjar dan Danah Zohar bahkan kalau tidak ada waktu saya sering membacanya berulang-ulang untuk memberikan motivasi baru pada diri saya, Ary Ginanjar dengan bukunya ESQ memberikan suatu pencerahan bahwa kekuatan spritual merupakan penyeimbang antara kekuatan IQ dan EQ, jika dunia barat selalu menjunjung tinggi kekuatan IQ dan EQ ternyata setelah dilakukan penelitian ternyata ada sesuatu yang kosong bagi diri mereka yakni kekuatan akan rindunya zat yang maha tinggi yakni pencipta alam semesta. Sedangkan Danah Zohar dan suaminya Ian Marshal mereka berdua adalah suami istri, dimana Ian Marshal adalah seorang fisikawan yang telah membuktikan adanya kekuatan lain di dalam ilmu fisika, dari hal inilah lalu di kombinasikan dengan istrinya seorang phisikolog yang memahami perilaku manusia bukunya yang mereka beri nama Spritual Capital juga memberikan pencerahan dimana dunia kapitalis dan sosialis tidaklah memberikan kemakmuran kepada masyarakat namun memberikan kehancuran, dan mereka ternyata ingin membuktikan bahwa ada kekuatan lain yang mampu memberikan kesimbangan, saya jadi teringat ketika Adam Smith membuat buku "Wealth of nationnya", juga terinspirasi dari pergaulan beliau ketika berada di Spanyol, dimana Spanyol pada masa itu masih diwarnai dengan kebudayaan timur.
Seminar yang diadakan tersebut memberikan inspirasi bagi saya untuk membuat resume tentang isi seminar tersebut

Danah Zohar mengatakan bahwa bisnis juga politik, kini kebanyakan keluar dari nilai-nilai-nilai universalisme menjalankan praktik kotor. Hal ini dipcu oleh kapitalisme modern yang memegang paham bahwa manusia semata-mata makhluk ekonomi demi menghasilkan uang. Mereka merumuskan kerja sebagai mengejar uang belaka, persetan dengan nilai-nilai. " Hukum gerak" Kapitalisme (hukum kompetitif, hukum maksimalisasi laba, hukum akumulasi kapital) telah menjebak bisnis umumnya dalam sebuah perburuan keuntungan kompetitif yang kejam. Bisnis pada abad ini, tampil seperti sebuah rawa, dimana seekor buaya melahap semua mangsanya dengan segala cara.

Bisnis yang menganut paham ini telah meluluhlantakkan pendukung sumber daya alam seperti hutan. Pemanasan global meningkat karena keserakahan bisnis dan politik dalam mengeksploitasi alam. " Bisnis dengan paham ini tengah membunuh dirinya sendiri, anak-anaknya dan juga lingkungannya karena terjebak dengan mentalitas jangka pendek yakni profit semata. Sebagian bahkan sudah terbunuh". Perusahaan telekomunikasi kedua terbesar di Amerika Serikat, yakni World.com bermarkasi di Clinton Misisipi adalah contohnya. Dengan aset 107 miliar dolar AS dengan 20 juta pelanggan ternyata tidak membuat pemiliknya puas.

Perusahaan raksasa demi keuntungan yang lebih besar lagi melakukan kecurangan dengan memanipulasi laporan keuangan sebesar 3.8 M $ kebusukan ini akhirnya tercium oleh pihak berwenang AS. Dari hasil investigasi dimana pemerintah AS dirugikan hingga 565 juta $ dari saham yang ditanamkan perusahaan ini. Akhirnya perusahaan ini bangkrut.

Sedangkan konsep CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai bentuk kepedulian bisnis terhadap lingkungan, terbagi dalam 3 kelompok. Pertama sebagai upaya pencitraan oleh PR (public Relation). Tingkat ini paling rendah karena CSR hanya jadi alat agar perusahaan "kelihatan" peduli pada lingkungan. Kedua menjadikan CSR defensif strategy agar perusahaan terhindar dari anggapan buruk publik. Cirinya respon pada lingkungan reaktif,sesaat tanpa visi batin apapun. Sedangkan level ketiga adalah menjadikan CSR nilai landasan bisnisnya dengan tujuan kemaslahatan pada sesama yang memerlukan.

"Di level ketiga inilah yang disebut dengan Spritual Capital, sebagai contoh Coca Cola telah menerapkan prinsip ini, dimana perusahaan Coca Cola menggunakan jaringan distribusinya di India untuk membantu pemerintah India dalam mendistribusikan vaksin folio ke daerah pedesaan-pedesaan terpencil. Di Afrika mereka menggunakan jalur distribusinya menyampaikan obat AIDS tanpa biaya tambahan. Perusahaan ini juga mendirikan klinik-klinik kesehatan di sepanjang pedalaman Cina dan Asia Tenggara. Begitu juga dengan perusahaan lain yang menerapkan Spritual Capital seperti : BP, Starbuck dan lain-lain. Ada 3 pilar yang menopang bisnis pertama Financial Capital, Kedua Social Capital dan Ketiga Spritual Capital.

Ary Ginanjar memberikan suatu sesi kedua dan menceritakan tentag kehidupan beberapa ekor binatang di tengah hutan, beberapa ekor binatang ini begitu heran mengapa manusia lebih kejam dan begitu serakah yang dengan tega telah mengambil segala kebutuhan hidup binatang, sehingga membuat binatang ini pun berfikir bahwa " sekarang manusia lebih binatang daripada kita sendiri yang sebenarnya adalah binatang."


Asumsi bahwa manusia semata-mata adalah makhluk ekonomi yang hidupnya hanya demi menghasilkan uang telah meningkat stres dan kelelahan pada banyak orang. Kesadaran akan tujuan fundamental dalam hidup dikorbankan demi mengejar keuntungan yang lebih banyak dan pertumbuhan moneter yang lebih tinggi. Akibatnya orang berubah jadi mesin yang mengorbankan waktunya bersama keluarga, waktu bersantai, waktu untuk memenuhi kebutuhan batin, waktu menikmati kekayaan yang telah dikumpulkan. Ketidakbermaknaan dan dan stress kini penyebab utama penyakit dunia maju. Penyakit-penyakit seperti depresi, keletihan, sindrom kepenatan yang kronis, alkoholisme, penyelahgunaan obat, sex bebas dan bunuh diri jelas-jelas terkait dengan stres. Kita terjebak dalam paham hidup materailistis dan hedonis yang ekstrim.


Jika orang melanggar keseimbangan alam maka terjadi daya tarik kembali ketitik keseimbangan, mulai dari zaman Boshevik, fasis, Marxis dan kapitalis murni telah mengajarkan bahwa siapa yang ekstrim akan runtuh ditarik oleh keseimbangan nilai-nilai universalisme. Dari 500 perusahaan pertama yang masuk dalam daftar standar and Poor tahun 1957, saat ini hanya tinggal 74 perusahaan saja, Mengapa ? ternyata 84 % perusahaan-perusahaan terbaik hilang. Penyebab paling utama adalah terjadinya kebangkrutan akibat pelanggaran atas penerapan prinsip universal (nilai-nilai kebaikan).


Dari perusahaan yang bertahan ternyata ditemukan CEO atau pimpinan yang memiliki landasan spritual yang membangun usahanya berbasis nilai yang lebih tinggi dari sekedar uang. David Maxwell ketika diangkat jadi Dirut Fannie Mae pada tahun 1981 perusahaan merugi setiap hari 1 juta dollar AS. Pada tahun 1990 perusahaan yang dipimpinnya mampu menyaingi perusahaan paling baik di wall street dengan keuntungan perharinya mencapai 4 juta dollar AS yang mengalahkan pasar saham umum 3.8 berbanding 1.


Maxwell pensiun ketika masih berada dipuncak karirnya dan menyerahkan sisa pensiunnya sebesar 5.5 juta dollar AS untuk yayasan fannie Mae yang membuatkan rumah bagi orang-orang yang berpenghasilan rendah. "Artinya ketika setiap orang tidak menjadikan uang berhala dalam hidupnya maka ia akan mendapat pencapaian yang lebih tinggi."


Spritual Capital memberikan jalan tengah yakni menggabungkan spritualisme dunia timur dengan rasional dunia barat. "Orang yang selalu spritual akan tertinggal dalam kehidupan dunia dan menjadikan spritual sebagai pelarian. Sedangkan orang yang terlalu rasional akan mengalami krisis makna dalam hidupnya.

Read More......

Friday, June 22, 2007

CINTA DI LINGKUNGAN KERJA






CINTA DI LINGKUNGAN KERJA
Kerja adalah rasa cinta yang terlibat
Kahlil GibranMengangkat kisah dari bukuChicken Soup for The Soul At Work
SARUNG TANGAN JESSIE
Tindakan yang baik dan penuh kasih sering kali sudah merupakan ganjaran tersendiri

Presensi Oleh : Zulfikar


Setiap tahun saya sering sekali menangani pelatihan manajemen untuk perusahaan Circle K, sebuah jaringan nasional toko serba ada. Diantara berbagai topik yang kami bicarakan dalam seminar itu adalah mempertahankan karyawan yang bermutu, suatu tantangan yang nyata bagi para manajer jika diperhitungkan besarnya upah dalam industri jasa. Pada sebuah diskusi, saya bertanya kepada peserta seminar, “ Apa yang menyebabkan anda betah bekerja demikian lama sampai berhasil menjadi manajer ?” Beberapa waktu yang lalu, seorang manajer baru berpikir agak lama sebelum menjawab pertanyaan itu, lalu dia menjawab dengan suara serak, sebuah sarung tangan bisbol yang harganya $ 19.”
Cintia bercerita kepada kelompoknya bahwa mula-mula di bekerja sebagai karyawati biasa di circkle K, pekerjaan itu hanya pekerjaan sementara selagi dia mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Pada hari kedua atau ketiga, dia menerima telepon dari anak lelakinya yang baru berusia sembilan tahun, Jessie. Anak itu minta dibelikan sebuah sarung tangan bisbol untuk bisa bermain dalam little league (Kelompok Bisbol Junior). Cynthia menjelaskan dalam diskusi itu bahwa sebagai seorang ibu yang tak bersuami, anggaran belanjanya sangat ketat, dan uang gajinya yang pertama hanya cukup membayar semua utang belanjaannya. Mungkin dengan uang gajinya yang kedua atau yang ketiga barulah dia dapat membelikan sarung tangan bisbol untuk anaknya itu.

Ketika keesokan harinya Cinthya tiba di tempat kerjanya, patricia manajer toko, memintanya untuk ikut dengannya ke sebuah ruangan di belakang toko yang digunakan sebagai ruangan kantor. Cynthia bertanya dalam hati apakah dia telah berbuat salah atau apakah ada pekerjaan yang belum dituntaskannya kemarin. Dia gelisah dan bingung.
Patricia memberinya sebuah kotak. “Saya kebetulan mendengar percakapanmu dengan anakmu di telepon kemarin, “ katanya, “ dan saya tahu ada hal-hal yang sulit diterangkan pada anak kecil. Ini sarung tangan bisbol untuk Jessie. Dia mungkin belum mengerti bahwa dirinya sangat penting bagimu, meskipun kamu terpaksa harus mendahulukan membayar utang-utang berjalanmu sebelum bisa membelikan sarung tangan ini. Kamu tahu’kan, Cynthia perusahaan memang tidak bisa memberikan gaji yang cukup besar untuk karyawan baik seperti kamu, meskipun kami ingin sekali bisa melakukannya, tetapi perusahaan sesungguhnya memperhatikan karyawan seperti kamu, dan saya ingin kamu tahu bahwa kamu sangatlah penting bagi perusahaan.”
Kebijaksanaan, rasa kasih, dan cinta manajer toko serba ada ini memperlihatkan dengan jelas bahwa orang biasanya lebih mengingat seberapa besar perhatian majikan dan bukan seberapa besar majikan dapat memberikan gaji. Sungguh ini sebuah pelajaran penting yang jauh melebihi harga sebuah sarung tangam bisbol untuk Little league.



Read More......

BAYANGKAN UPACARA PEMAKAMAN SENDIRI




BAYANGKAN UPACARA PEMAKAMAN SENDIRI
Oleh : Zulfikar diangkat dari buku jangan terlalu memusingkan persoalan kecil

Strategi ini sedikit menyeramkan bagi beberapa orang tapi secara keseluruhan sangat efektif untuk mengingatkan kita apa yang penting dalam hidup kita. Bila kita menengok pada hidup kita, berapa banyak dari kita merasa begitu bahagia karena begitu sibuk? Hampir kebanyakan, bila orang menengok kembali hidup mereka setelah mereka terbaring di peti mati, mereka berharap prioritas hidup mereka akan berbeda. Dengan sedikit kekecualian, orang berharap seandainyamereka tidak terlalu banyak “memusingkan hal kecil”. Sebaliknya mereka menghabiskan waktu mereka lebih banyak bersama orang-orang dan aktivitas yang mereka sukai, dan tidak terlalu sering cemas akan aspek-aspek dalam hidup yang, setelah diamati lebih jauh ternyata bukanlah persoalan besar.

Membayangkan diri anda baerada pada pemakaman anda sendiri akan membuat anda menoleh kebelakang, ke perjalanan hidup anda, sementara masih punya kesempatan untuk membuat beberapa perubahan penting. Walaupun sedikit menyeramkan atau menyakitkan, merupakan ide yang bagus untuk memikirkan kematian anda Walaupun sedikit menyeramkan atau menyakitkan, merupakan ide yang bagus untuk memikirkan kematian anda sendiri dan, yang masih dalam proses, kehidupan anda. Melakukan hal ini akan membuat anda ingat: ingin menjadi jenius orang seperti apkah anda dan prioritas hidup yang mana yang paling penting untuk anda. Bila anda semua seperti saya, anda mungkin akan minta jasa wake-up call yang dapat menjadi sunber yang baik bagi perubahan




Read More......

MEMBENTUK HR EXCELLENT & STAR EMPLOYMENT





MEMBENTUK HR EXCELLENT & STAR EMPLOYMENT
Oleh : Zulfikar


Membentuk HR Excellent maka organisasi harus memaksimalkan peran sebagai strategic partner, adminsitration expert atau technical expert, employee champion dan agent of change, merubah paradigma bahwa fungsi HR bukanlah sebagai supporting unit namun merupakan investment unit sehingga banyak perusahaan yang merubah Human Resources menjadi Human Capital, apapun namanya HR kedepan adalah melibatkan setiap individu memberikan kontribusinya kepada organisasi seperti :

  1. Menetapkan strategi (setting the course), yang bertugas mengembangkan dan melaksanakan inisitaif-inisitaif bisnis

  2. Memobilisasi karyawan potensial (mobilizing talent), yakni memobilisasi karyawan potensial untuk mencapai sasaran bisnis utama

  3. Menciptakan pendapat (generating revenue), yang merealisasikan pertumbuham pendapatan melalui penjualan produk/jasa.

  4. Menjalankan bisnis (Running the Bussiness), yang bertugas mengelola operasional bisnis secara excellent

    li>

Oleh sebab itu sangat diharapkan fungsi HR menjadi fungsi strategis yang menciptakan suatu dinamika kreatifitas dalam pengembangan karyawan, untuk mewujudkan sasaran bisnis organisasi maka sebagai leader perusahaan harus menerapkan beberapa taktik untuk mempengaruhi bawahannya supaya mencapai sasaran bisnis.

  • Rationality: Penggunaan fakta dan data untuk menyajikan gagasan yang logis atau rasional
  • Ingratation: Penggunaan pujian, pengungkapan niat baik, berlaku rendah hati, dan bersikap bersahabat sebelum mengajukan permintaan
  • Coalition : mencari dukungan orang lain didalam organisasi untuk menyokong permintaan
  • Assertiveness : Penggunaan pendekatan yang bersifat langsung dan tegas
  • Upward appeal : mencari dukungan dari pemimpin atau pejabat yang lebih tinggi jenjangnya untuk menyokong suatu permintaan
  • Sanction : penggunaan sangsi atau hukuman, yang berasal dari aturan organisasi, seperti mencegah kenaikan gaji, menunda promosi jabatan

Untuk mewujudkan HR Excellent dan Star Employment maka dibentuklah Talent management dimana setiap manajer/pemimpin membentuk team kelas A, yakni :


  • Compatibility (bagaimana seseorang secara in heren working style-nya cocok dengan job profilnya
  • Competencies (bagaimana kompetensy (key behavior) yang dimiliki dalam menjalankan pekerjaannya
  • Potensial (bagaimana seseorang bisa dikembangkan atau tidak, bisa belajar dengan cepat

Kompetensi yang dimiliki oleh seorang CEO adalah : Vision, Leadership, Passion, Strategic thinking & Decision Making, managing interpersonal relation ship, intelligent, Resourcefulness, Costumer focus, Oral/Writen Communication Skill, Top Grading, Coaching, Team Building. Track Recor dan pemahaman terhadap konsep HR yang dimplementasikan kedalam aktifitas ehari-hari dalam organisasi. Orang ini bukan saja memiliki visi, namun mampu mengkomunikasikan visi tersebut dengan energi yang tinggi sehingga bisa mendapatkan pengakuan dari karyawan yang dipimpinnya.

Untuk mengetahui dan mengerti kekuatan sendiri maka kita akan dapat menerima masukan secara postif dan konstruktif, fokus pada pengembangan kekuatan dan kelemahan, mengamati dan mengerti tipe perilaku orang lain, mampu memodifikasi perilakunya sehingga bisa mempromosikan hubungan yang efektif dan aktif mendukung tim untuk mengenal dan mengerti satu sama lain. “ Tidak ada yang lebih penting dalam medan pertempuran selain mendapatkan orang yang tepat di lapangan. Semua strategi yang hebat dan teknologi yang canggih tidak akan efektif jika tanpa orang hebat yang akan menjalankan pekerjaan itu. Enam langkah dalam mengimplementasikan talent management :

  1. Tentukan strategi talent management yang tepat
  2. Menggunkan Talent Management Assessment untuk memilih pasukan A-Team yang disebut Star Performers atau high potensial
  3. Buatlah individual develoment plants yang efektif dan strategis untuk setiap pemain kelas A
  4. Coach mereka layaknya seorang partner

Beri kepercayaan, mau mendengarkan mereka dan bangun kepercayaan diri merekaMonitor hasil kerjanya dengan menerapkan performance management system yang terpadu. Bagaimana caranya menghadapi tantangan untuk membentuk star employment? Salah satunya adalah komitment manajer untuk mendapatkan karyawan yang bertalenta tinggi. Namun banyak yang mengalami kesulitan. Misalnya kita telah mendapatkan pemain kelas A, ternyata kelas B dan C, solusinya adalah cari assesment yang palin tepat dengan validitas yang tinggi.


Games :


Berikut ini ada games mengenai merubah paradigma berfikir dalam mengantisipasi perubahan bisnis.Cobalah anda buat tanda tangan dengan menggunakan 5 buah dengan menggunakan tangan kiri, dan menggunakan tangan kanan silahkan






Read More......

Wednesday, June 20, 2007

OUTSOURCING (ALIH DAYA) DAN PENGELOLAANTENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN:(Tinjauan Yuridis terhadap Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003tentang Ketenagakerjaa


OUTSOURCING (ALIH DAYA) DAN PENGELOLAANTENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN:(Tinjauan Yuridis terhadap Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003tentang Ketenagakerjaan)
Oleh : Pan Mohd Faiz, SH,MCL dan di Publish Ulang Zulfikar, ST


I. Pendahuluan
Persaingan dalam dunia bisnis antar perusahaan membuat perusahaan harus berkonsentrasi pada rangkaian proses atau aktivitas penciptaan produk dan jasa yang terkait dengan kompetensi utamanya. Dengan adanya konsentrasi terhadap kompetensi utama dari perusahaan, akan dihasilkan sejumlah produk dan jasa memiliki kualitas yang memiliki daya saing di pasaran.Dalam iklim persaingan usaha yang makin ketat, perusahaan berusaha untuk melakukan efisiensi biaya produksi (cost of production).


  1. Salah satu solusinya adalah dengan sistem outsourcing, dimana dengan sistem ini perusahaan dapat menghemat pengeluaran dalam membiayai sumber daya manusia (SDM) yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

  2. Outsourcing (Alih Daya) diartikan sebagai pemindahan atau pendelegasian beberapa proses bisnis kepada suatu badan penyedia jasa, dimana badan penyedia jasa tersebut melakukan proses administrasi dan manajemen berdasarkan definisi serta kriteria yang telah disepakati oleh para pihak.

  3. Outsourcing (Alih Daya) dalam hukum ketenagakerjaan di Indonesia diartikan sebagai pemborongan pekerjaan dan penyediaan jasa tenaga kerja

  4. Pengaturan hukum outsourcing (Alih Daya) di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 (pasal 64, 65 dan 66) dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No.Kep.101/Men/VI/2004 Tahun 2004 tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh (Kepmen 101/2004).Pengaturan tentang outsourcing (Alih Daya) ini sendiri masih dianggap pemerintah kurang lengkap. Dalam Inpres No. 3 Tahun 2006 tentang paket Kebijakan Iklim Investasi disebutkan bahwa outsourcing (Alih Daya) sebagai salah satu faktor yang harus diperhatikan dengan serius dalam menarik iklim investasi ke Indonesia. Bentuk keseriusan pemerintah tersebut dengan menugaskan menteri tenaga kerja untuk membuat draft revisi terhadap Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

  5. Outsourcing tidak dapat dipandang secara jangka pendek saja, dengan menggunakan outsourcing perusahaan pasti akan mengeluarkan dana lebih sebagai management fee perusahaan outsourcing. Outsourcing harus dipandang secara jangka panjang, mulai dari pengembangan karir karyawan, efisiensi dalam bidang tenaga kerja, organisasi, benefit dan lainnya. Perusahaan dapat fokus pada kompetensi utamanya dalam bisnis sehingga dapat berkompetisi dalam pasar, dimana hal-hal intern perusahaan yang bersifat penunjang (supporting) dialihkan kepada pihak lain yang lebih profesional. Pada pelaksanaannya, pengalihan ini juga menimbulkan beberapa permasalahan terutama masalah ketenagakerjaan.Problematika mengenai outsourcing (Alih Daya) memang cukup bervariasi. Hal ini dikarenakan penggunaan outsourcing (Alih Daya) dalam dunia usaha di Indonesia kini semakin marak dan telah menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda oleh pelaku usaha, sementara regulasi yang ada belum terlalu memadai untuk mengatur tentang outsourcing yang telah berjalan tersebut. Secara garis besar permasalahan hukum yang terkait dengan penerapan outsourcing (Alih Daya) di Indonesia sebagai berikut:


    • Bagaimana perusahaan melakukan klasifikasi terhadap pekerjaan utama (core business) dan pekerjaan penunjang perusahaan (non core bussiness) yang merupakan dasar dari pelaksanaan outsourcing (Alih Daya) ?

    • Bagaimana hubungan hukum antara karyawan outsourcing (Alih Daya) den perusahaan pengguna jasa outsourcing ?
    • Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa bila ada karyawan outsource yang melanggar aturan kerja pada lokasi perusahaan pemberi kerja?

      II. Definisi

      OutsourcingDalam pengertian umum, istilah outsourcing (Alih Daya) diartikan sebagai contract (work) out seperti yang tercantum dalam Concise Oxford Dictionary, sementara mengenai kontrak itu sendiri diartikan sebagai berikut:“ Contract to enter into or make a contract. From the latin contractus, the past participle of contrahere, to draw together, bring about or enter into an agreement.” (Webster’s English Dictionary), Pengertian outsourcing (Alih Daya) secara khusus didefinisikan oleh Maurice F Greaver II, pada bukunya Strategic Outsourcing, A Structured Approach to Outsourcing: Decisions and Initiatives, dijabarkan sebagai berikut :“Strategic use of outside parties to perform activities, traditionally handled by internal staff and respurces.”Menurut definisi Maurice Greaver, Outsourcing (Alih Daya) dipandang sebagai tindakan mengalihkan beberapa aktivitas perusahaan dan hak pengambilan keputusannya kepada pihak lain (outside provider), dimana tindakan ini terikat dalam suatu kontrak kerjasamaBeberapa pakar serta praktisi outsourcing (Alih Daya) dari Indonesia juga memberikan definisi mengenai outsourcing, antara lain menyebutkan bahwa outsourcing (Alih Daya) dalam bahasa Indonesia disebut sebagai alih daya, adalah pendelegasian operasi dan manajemen harian dari suatu proses bisnis kepada pihak luar (perusahaan jasa outsourcing).[8] Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Muzni Tambusai, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang mendefinisikan pengertian outsourcing (Alih Daya) sebagai memborongkan satu bagian atau beberapa bagian kegiatan perusahaan yang tadinya dikelola sendiri kepada perusahaan lain yang kemudian disebut sebagai penerima pekerjaan.Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas, terdapat persamaan dalam memandang outsourcing (Alih Daya) yaitu terdapat penyerahan sebagian kegiatan perusahaan pada pihak lain.


      III. Pengaturan Outsourcing (Alih Daya) dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang KetenagakerjaanUU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagai dasar hukum diberlakukannya outsourcing (Alih Daya) di Indonesia, membagi outsourcing (Alih Daya) menjadi dua bagian, yaitu: pemborongan pekerjaan dan penyediaan jasa pekerja/buruh. Pada perkembangannya dalam draft revisi Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan outsourcing (Alih Daya) mengenai pemborongan pekerjaan dihapuskan, karena lebih condong ke arah sub contracting pekerjaan dibandingkan dengan tenaga kerja. Untuk mengkaji hubungan hukum antara karyawan outsourcing (Alih Daya) dengan perusahaan pemberi pekerjaan, akan diuraikan terlebih dahulu secara garis besar pengaturan outsourcing (Alih Daya) dalam UU No.13 tahun 2003.Dalam UU No.13/2003, yang menyangkut outsourcing (Alih Daya) adalah pasal 64, pasal 65 (terdiri dari 9 ayat), dan pasal 66 (terdiri dari 4 ayat). Pasal 64 adalah dasar dibolehkannya outsourcing. Dalam pasal 64 dinyatakan bahwa: Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis.”Pasal 65 memuat beberapa ketentuan diantaranya adalah:
      " penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis (ayat 1);
      pekerjaan yang diserahkan pada pihak lain, seperti yang dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :



      • dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama

      • dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan;- merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan;- tidak menghambat proses produksi secara langsung. (ayat 2)
        perusahaan lain (yang diserahkan pekerjaan) harus berbentuk badan hukum (ayat 3)

      • perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan lain sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan perundangan (ayat 4)

      • perubahan atau penambahan syarat-syarat tersebut diatas diatur lebih lanjut dalam keputusan menteri (ayat 5)

      • hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan diatur dalam perjanjian tertulis antara perusahaan lain dan pekerja yang dipekerjakannya (ayat 6)

      • hubungan kerja antara perusahaan lain dengan pekerja/buruh dapat didasarkan pada perjanjian kerja waktu tertentu atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu (ayat 7);
        bila beberapa syarat tidak terpenuhi, antara lain, syarat-syarat mengenai pekerjaan yang diserahkan pada pihak lain, dan syarat yang menentukan bahwa perusahaan lain itu harus berbadan hukum, maka hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan perusahaan penyedia jasa tenaga kerja beralih menjadi hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan perusahaan pemberi pekerjaan (ayat 8).
        Pasal 66 UU Nomor 13 tahun 2003 mengatur bahwa pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa tenaga kerja tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.


      Perusahaan penyedia jasa untuk tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi juga harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:




      • adanya hubungan kerja antara pekerja dengan perusahaan penyedia jasa tenaga kerja;
        perjanjian kerja yang berlaku antara pekerja dan perusahaan penyedia jasa tenaga kerja adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu atau tidak tertentu yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani kedua belah pihak; perlindungan upah, kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh; perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dibuat secara tertulis. Penyedia jasa pekerja/buruh merupakan bentuk usaha yang berbadan hukum dan memiliki izin dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.


      • Dalam hal syarat-syarat diatas tidak terpenuhi (kecuali mengenai ketentuan perlindungan kesejahteraan), maka demi hukum status hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh beralih menjadi hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan pemberi pekerjaan.

      IV. Penentuan Pekerjaan Utama (Core Business) dan Pekerjaan Penunjang (Non Coree Business) dalam Perusahaan sebagai Dasar Pelaksanaan OutsourcingBerdasarkan pasal 66 UU No.13 Tahun 2003 outsourcing (Alih Daya) dibolehkan hanya untuk kegiatan penunjang, dan kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.


      R.Djokopranoto dalam materi seminarnya menyampaikan bahwa :“Dalam teks UU no 13/2003 tersebut disebut dan dibedakan antara usaha atau kegiatan pokok dan kegiatan penunjang. Ada persamaan pokok antara bunyi UU tersebut dengan praktek industri, yaitu bahwa yang di outsource umumnya (tidak semuanya) adalah kegiatan penunjang (non core business), sedangkan kegiatan pokok (core business) pada umumnya (tidak semuanya) tetap dilakukan oleh perusahaan sendiri. Namun ada potensi masalah yang timbul. Potensi masalah yang timbul adalah apakah pembuat dan penegak undang-undang di satu pihak dan para pengusaha dan industriawan di lain pihak mempunyai pengertian dan interpretasi yang sama mengenai istilah-istilah tersebut.”Kesamaan interpretasi ini penting karena berdasarkan undang-undang ketenagakerjaan outsourcing (Alih Daya) hanya dibolehkan jika tidak menyangkut core business. Dalam penjelasan pasal 66 UU No.13 tahun 2003, disebutkan bahwa :”Yang dimaksud dengan kegiatan penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi adalah kegiatan yang berhubungan di luar usaha pokok (core business) suatu perusahaan.Kegiatan tersebut antara lain: usaha pelayanan kebersihan (cleaning service), usaha penyediaan makanan bagi pekerja/buruh catering, usaha tenaga pengaman (security/satuan pengamanan), usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan, serta usaha penyediaan angkutan pekerja/buruh.”Interpretasi yang diberikan undang-undang masih sangat terbatas dibandingkan dengan kebutuhan dunia usaha saat ini dimana penggunaan outsourcing (Alih Daya) semakin meluas ke berbagai lini kegiatan perusahaan.Konsep dan pengertian usaha pokok atau core business dan kegiatan penunjang atau non core business adalah konsep yang berubah dan berkembang secara dinamis.


      Oleh karena itu tidak heran kalau Alexander dan Young (1996) mengatakan bahwa ada empat pengertian yang dihubungkan dengan core activity atau core business. Keempat pengertian itu ialah :




      • Kegiatan yang secara tradisional dilakukan di dalam perusahaan.
        Kegiatan yang bersifat kritis terhadap kinerja bisnis.


      • Kegiatan yang menciptakan keunggulan kompetitif baik sekarang maupun di waktu yang akan datang.


      • Kegiatan yang akan mendorong pengembangan yang akan datang, inovasi, atau peremajaan kembali.


      Interpretasi kegiatan penunjang yang tercantum dalam penjelasan UU No.13 tahun 2003 condong pada definisi yang pertama, dimana outsourcing (Alih Daya) dicontohkan dengan aktivitas berupa pengontrakan biasa untuk memudahkan pekerjaan dan menghindarkan masalah tenaga kerja. Outsourcing (Alih Daya) pada dunia modern dilakukan untuk alasan-alasan yang strategis, yaitu memperoleh keunggulan kompetitif untuk menghadapi persaingan dalam rangka mempertahankan pangsa pasar, menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan. Outsourcing (Alih Daya) untuk meraih keunggulan kompetitif ini dapat dilihat pada industri-industri mobil besar di dunia seperti Nissan, Toyota dan Honda. Pada awalnya dalam proses produksi mobil, core business nya terdiri dari pembuatan desain, pembuatan suku cadang dan perakitan. Pada akhirnya yang menjadi core business hanyalah pembuatan desain mobil sementara pembuatan suku cadang dan perakitan diserahkan pada perusahaan lain yang lebih kompeten, sehingga perusahaan mobil tersebut bisa meraih keunggulan kompetitif. Dalam hal outsourcing (Alih Daya) yang berupa penyediaan pekerja, dapat dilihat pada perkembangannya saat ini di Indonesia, perusahaan besar seperti Citibank banyak melakukan outsource untuk tenaga-tenaga ahli , sehingga interpretasi outsource tidak lagi hanya sekadar untuk melakukan aktivitas-aktivitas penunjang seperti yang didefinisikan dalam penjelasan UU No.13 tahun 2003. Untuk itu batasan pengertian core business perlu disamakan lagi interpretasinya oleh berbagai kalangan. Pengaturan lebih lanjut untuk hal-hal semacam ini belum diakomodir oleh peraturan ketenagakerjaan di Indonesia.Perusahaan dalam melakukan perencanaan untuk melakukan outsourcing terhadap tenaga kerjanya, mengklasifikasikan pekerjaan utama dan pekerjaan penunjang ke dalam suatu dokumen tertulis dan kemudian melaporkannya kepada instansi ketenagakerjaan setempat. Pembuatan dokumen tertulis penting bagi penerapan outsourcing di perusahaan, karena alasan-alasan sebagai berikut :



      1. Sebagai bentuk kepatuhan perusahaan terhadap ketentuan tentang ketenagakerjaan dengan melakukan pelaporan kepada Dinas Tenaga Kerja setempat;
        Sebagai pedoman bagi manajemen dalam melaksanakan outsourcing pada bagian-bagian tertentu di perusahaan;

      2. Sebagai sarana sosialisasi kepada pihak pekerja tentang bagian-bagian mana saja di perusahaan yang dilakukan outsourcing terhadap pekerjanya;
        Meminimalkan risiko perselisihan dengan pekerja, serikat pekerja, pemerintah serta pemegang saham mengenai keabsahan dan pengaturan tentang outsourcing di Perusahaan.

      V. Perjanjian dalam Outsourcing Hubungan kerjasama antara Perusahaan Ousorching dengan perusahaan pengguna jasa outsourching tentunya diikat dengan suatu perjanjian tertulis


      Perjanjian dalam outsourcing (Alih Daya) dapat berbentuk perjanjian pemborongan pekerjaan atau perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh. Perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh para pihak harus memenuhi syarat sah perjanjian seperti yang tercantum dalam pasal 1320 KUH Perdata, yaitu:
      Sepakat, bagi para pihak; Kecakapan para pihak untuk membuat suatu perikatan;
      Suatu hal tertentu; Sebab yang halal.
      Perjanjian dalam outsourcing (Alih Daya) juga tidak semata-mata hanya mendasarkan pada asas kebebasan berkontrak sesuai pasal 1338 KUH Perdata, namun juga harus memenuhi ketentuan ketenagakerjaan, yaitu UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.Dalam penyediaan jasa pekerja, ada 2 tahapan perjanjian yang dilalui yaitu:
      Perjanjian antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penyedia pekerja/buruh ;Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pekerjaan kepada perusahaan lain melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau perjanjian penyediaan jasa pekerja yang dibuat secara tertulis. Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :




      • dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama


      • dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan


      • merupakakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan


      • tidak menghambat proses produksi secara langsung. Dalam hal penempatan pekerja/buruh maka perusahaan pengguna jasa pekerja akan membayar sejumlah dana (management fee) pada perusahaan penyedia pekerja/buruh. perjanjian perusahaan penyedia pekerja/buruh dengan karyawanPenyediaan jasa pekerja atau buruh untuk kegiatan penunjang perusahaan hatus memenuhi syarat sebagai berikut :


      • adanya hubungan kerja antara pekerja atau buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja atau buruh


      • perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang memenuhi persyaratan dan atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua pihak


      • perlindungan usaha dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja maupun perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh.

      Dengan adanya 2 (dua) perjanjian tersebut maka walaupun karyawan sehari-hari bekerja di perusahaan pemberi pekerjaan namun ia tetap berstatus sebagai karyawan perusahaan penyedia pekerja. Pemenuhan hak-hak karyawan seperti perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan yang timbul tetap merupakan tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja. Perjanjian kerja antara karyawan dengan perusahaan outsourcing (Alih Daya) dapat berupa Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) maupun Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) Perjanjian kerja antara karyawan outsourcing dengan perusahaan outsourcing biasanya mengikuti jangka waktu perjanjian kerjasama antara perusahaan outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa outsourcing. Hal ini dimaksudkan apabila perusahaan pengguna jasa outsourcing hendak mengakhiri kerjasamanya dengan perusahaan outsourcing, maka pada waktu yang bersamaan berakhir pula kontrak kerja antara karyawan dengan perusahaan outsource. Bentuk perjanjian kerja yang lazim digunakan dalam outsourcing adalah Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT). Bentuk perjanjian kerja ini dipandang cukup fleksibel bagi perusahaan pengguna jasa outsourcing, karena lingkup pekerjaannya yang berubah-ubah sesuai dengan perkembangan perusahaan. Karyawan outsourcing walaupun secara organisasi berada di bawah perusahaan outsourcing, namun pada saat rekruitment, karyawan tersebut harus mendapatkan persetujuan dari pihak perusahaan pengguna outsourcing. Apabila perjanjian kerjasama antara perusahaan outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa outsourcing berakhir, maka berakhir juga perjanjian kerja antara perusahaan outsourcing dengan karyawannya.


      VI. Hubungan Hukum antara Karyawan Outsourcing (Alih Daya) dengan Perusahaan Pengguna OutsourcingHubungan hukum Perusahaan Outsourcing (Alih Daya) dengan perusahaan pengguna outsourcing (Alih Daya) diikat dengan menggunakan Perjanjian Kerjasama,


      Dalam hal penyediaan dan pengelolaan pekerja pada bidang-bidang tertentu yang ditempatkan dan bekerja pada perusahaan pengguna outsourcing. Karyawan outsourcing (Alih Daya) menandatandatangani perjanjian kerja dengan perusahaan outsourcing (Alih Daya) sebagai dasar hubungan ketenagakerjaannya. Dalam perjanjian kerja tersebut disebutkan bahwa karyawan ditempatkan dan bekerja di perusahaan pengguna outsourcing.Dari hubungan kerja ini timbul suatu permasalahan hukum, karyawan outsourcing (Alih Daya) dalam penempatannya pada perusahaan pengguna outsourcing (Alih Daya) harus tunduk pada Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang berlaku pada perusahaan pengguna oustourcing tersebut, sementara secara hukum tidak ada hubungan kerja antara keduanya.Hal yang mendasari mengapa karyawan outsourcing (Alih Daya) harus tunduk pada peraturan perusahaan pemberi kerja adalah :



      • Karyawan tersebut bekerja di tempat/lokasi perusahaan pemberi kerja;
        Standard Operational Procedures (SOP) atau aturan kerja perusahaan pemberi kerja harus dilaksanakan oleh karyawan, dimana semua hal itu tercantum dalam peraturan perusahaan pemberi kerja

      • Bukti tunduknya karyawan adalah pada Memorandum of Understanding (MoU) antara perusahaan outsource dengan perusahaan pemberi kerja, dalam hal yang menyangkut norma-norma kerja, waktu kerja dan aturan kerja. Untuk benefit dan tunjangan biasanya menginduk perusahaan outsource.

      Dalam hal terjadi pelanggaran yang dilakukan pekerja, dalam hal ini tidak ada kewenangan dari perusahaan pengguna jasa pekerja untuk melakukan penyelesaian sengketa karena antara perusahaan pengguna jasa pekerja (user) dengan karyawan outsource secara hukum tidak mempunyai hubungan kerja, sehingga yang berwenang untuk menyelesaikan perselisihan tersebut adalah perusahaan penyedia jasa pekerja, walaupun peraturan yang dilanggar adalah peraturan perusahaan pengguna jasa pekerja (user).Peraturan perusahaan berisi tentang hak dan kewajiban antara perusahaan dengan karyawan outsourcing. Hak dan kewajiban menggambarkan suatu hubungan hukum antara pekerja dengan perusahaan, dimana kedua pihak tersebut sama-sama terikat perjanjian kerja yang disepakati bersama. Sedangkan hubungan hukum yang ada adalah antara perusahaan Outsourcing (Alih Daya) dengan perusahaan pengguna jasa, berupa perjanjian penyediaan pekerja. Perusahaan pengguna jasa pekerja dengan karyawan tidak memiliki hubungan kerja secara langsung, baik dalam bentuk perjanjian kerja waktu tertentu maupun perjanjian kerja waktu tidak tertentu. Apabila ditinjau dari terminologi hakikat pelaksanaan Peraturan Perusahaan, maka peraturan perusahaan dari perusahaan pengguna jasa tidak dapat diterapkan untuk karyawan outsourcing (Alih Daya) karena tidak adanya hubungan kerja. Hubungan kerja yang terjadi adalah hubungan kerja antara karyawan outsourcing (Alih Daya) dengan perusahaan outsourcing, sehingga seharusnya karyawan outsourcing (Alih Daya) menggunakan peraturan perusahaan outsourcing, bukan peraturan perusahaan pengguna jasa pekerja.Karyawan outsourcing yang ditempatkan di perusahaan pengguna outsourcing tentunya secara aturan kerja dan disiplin kerja harus mengikuti ketentuan yang berlaku pada perusahaan pengguna outsourcing. Dalam perjanjian kerjasama antara perusahaan outsourcing dengan perusahaan pengguna outsourcing harus jelas di awal, tentang ketentuan apa saja yang harus ditaati oleh karyawan outsourcing selama ditempatkan pada perusahaan pengguna outsourcing. Hal-hal yang tercantum dalam peraturan perusahaan pengguna outsourcing sebaiknya tidak diasumsikan untuk dilaksanakan secara total oleh karyawan outsourcing.
      Misalkan masalah benefit, tentunya ada perbedaan antara karyawan outsourcing dengan karyawan pada perusahaan pengguna outsourcing. Hal-hal yang terdapat pada Peraturan Perusahaan yang disepakati untuk ditaati, disosialisasikan kepada karyawan outsourcing oleh perusahaan outsourcing. Sosialisasi ini penting untuk meminimalkan tuntutan dari karyawan outsourcing yang menuntut dijadikan karyawan tetap pada perusahaan pengguna jasa outsourcing, dikarenakan kurangnya informasi tentang hubungan hukum antara karyawan dengan perusahaan pengguna outsourcing.Perbedaan pemahaman tesebut pernah terjadi pada PT Toyota Astra Motor, salah satu produsen mobil di Indonesia. Dimana karyawan outsourcing khusus pembuat jok mobil Toyota melakukan unjuk rasa serta mogok kerja untuk menuntut dijadikan karyawan PT Toyota Astra Motor. Hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi mengenai status hubungan hukum mereka dengan PT Toyota Astra Motor selaku perusahaan pengguna outsourcing.


      VII. Penyelesaian Perselisihan dalam Outsourcing (Alih Daya)Dalam pelaksanaan outsourcing (Alih Daya) berbagai potensi perselisihan mungkin timbul


      Misalnya berupa pelanggaran peraturan perusahaan oleh karyawan maupun adanya perselisihan antara karyawan outsource dengan karyawan lainnya. Menurut pasal 66 ayat (2) huruf c UU No.13 Tahun 2003, penyelesaian perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja. Jadi walaupun yang dilanggar oleh karyawan outsource adalah peraturan perusahaan pemberi pekerjaan, yang berwenang menyelesaikan perselisihan tersebut adalah perusahaan penyedia jasa pekerja.Dalam hal ini perusahaan outsource harus bisa menempatkan diri dan bersikap bijaksana agar bisa mengakomodir kepentingan karyawan, maupun perusahaan pengguna jasa pekerja, mengingat perusahaan pengguna jasa pekerja sebenarnya adalah pihak yang lebih mengetahui keseharian performa karyawan, daripada perusahaan outsource itu sendiri. Ada baiknya perusahaan outsource secara berkala mengirim pewakilannya untuk memantau para karyawannya di perusahaan pengguna jasa pekerja sehingga potensi konflik bisa dihindari dan performa kerja karyawan bisa terpantau dengan baik.


      VIII. Kesimpulan


      Outsourcing (Alih daya) sebagai suatu penyediaan tenaga kerja oleh pihak lain dilakukan dengan terlebih dahulu memisahkan antara pekerjaan utama (core business) dengan pekerjaan penunjang perusahaan (non core business) dalam suatu dokumen tertulis yang disusun oleh manajemen perusahaan. Dalam melakukan outsourcing perusahaan pengguna jasa outsourcing bekerjasama dengan perusahaan outsourcing, dimana hubungan hukumnya diwujudkan dalam suatu perjanjian kerjasama yang memuat antara lain tentang jangka waktu perjanjian serta bidang-bidang apa saja yang merupakan bentuk kerjasama outsourcing. Karyawan outsourcing menandatangani perjanjian kerja dengan perusahaan outsourcing untuk ditempatkan di perusahaan pengguna outsourcing.
      Karyawan outsourcing selama ditempatkan diperusahaan pengguna jasa outsourcing wajib mentaati ketentuan kerja yang berlaku pada perusahaan outsourcing, dimana hal itu harus dicantumkan dalam perjanjian kerjasama. Mekanisme Penyelesaian perselisihan ketenagakerjaan diselesaikan secara internal antara perusahaan outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa outsourcing, dimana perusahaan outsourcing seharusnya mengadakan pertemuan berkala dengan karyawannya untuk membahas masalah-masalah ketenagakerjaan yang terjadi dalam pelaksanaan outsourcing.Dewasa ini outsourcing sudah menjadi trend dan kebutuhan dalam dunia usaha, namun pengaturannya masih belum memadai. Sedapat mungkin segala kekurangan pengaturan outsourcing dapat termuat dalam revisi UU Ketenagakerjaan yang sedang dipersiapkan dan peraturan pelaksanaanya, sehingga dapat mengakomodir kepentingan pengusaha dan melindungi kepentingan pekerja.


      Daftar Pustaka
      Ucapan terima kasih disampaikan kepada Chandra K. yang telah memberikan sumbangan pemikiran yang sangat berharga melalui artikel yang telah ditulisnya di atas.
      Catatan Kaki:
      [1] Wirawan, Rubrik Hukum Teropong,Apa yang dimaksud dengan sistem outsourcing?, http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0504/31/teropong/komenhukum.htm
      [2] ibid[3] Artikel “Outsource dipandang dari sudut perusahaan pemberi kerja”, http://www.apindo.or.id, diakses tanggal 4 Agustus 2006
      [4] Pasal 64 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 TentangKetenagakerjaan,
      [5] Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi memuat hal-hal yang dituntut untuk dilakukan revisi dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yaitu : Pemutusan Hubungan Kerjam Perjanjian kerja Waktu Tertentu, Perhitungan Pesangon, Ijin tenaga Kerja Asing dan istirahat panjang.
      [6] Nur Cahyo, Pengalihan Pekerjaan Penunjang perusahaan dengan Sistem Outsourcing (Alih Daya) Menurut Undang-undang No. 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (Studi Kasus pada Asuransi Astra Buana), Tesis Magister Hukum FHUI, Depok, 2006, hal.56.
      [7] Terkutip dalam Nur Cahyo, ibid., hal 57.
      [8] Chandra Suwondo, Outsourcing; Implementasi di Indonesia, Elex Media Computindo, Jakarta, hal 2.
      [9] Muzni Tambusai, Pelaksanaan Outsourcing (Alih Daya) ditinjau dari aspek hukum ketenagakerjaan tidak mengaburkan hubungan industrial, http://www.nakertrans.go.id/arsip berita/naker/outsourcing.php. 29 Mei 2005.
      [10] Tulisan ini mengkhususkan membahas outsourcing (Alih Daya) yang berupa penyediaan jasa pekerja/buruh, sedang outsourcing (Alih Daya) berupa pemborongan pekerjaan hanya akan diulas sekilas dari segi definisi, dan dalam kaitan dengan core business. Dalam UU No.13 Tahun 2003, istilah outsourcing (Alih Daya) dapat diartikan sebagai pemborongan pekerjaan dan penyediaan tenaga kerja, namun pada rancangan UU Tenaga Kerja yang baru (yang kini sedang dikaji ulang), pengertian outsourcing (Alih Daya) tampaknya akan disempitkan menjadi penyediaan jasa pekerja, sementara pemborongan pekerjaan ldiartikan sebagai sub-kontrak.[11] Draft Revisi Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, diakses dari Sabar Sianturi, pembicara pada Seminar tentang Outsourcing (Alih Daya) dan Permasalahannya, 12 April 2006, Hotel Aryaduta, diselenggarakan oleh PPM.
      [12] Pasal 66 ayat (1) UU No.13 tahun 2003
      [13] Pasal 66 ayat (2) UU No.13 Tahun 2003
      [14] Pasal 66 ayat (3) UU No.13 Tahun 2003
      [15] Pasal 66 ayat (4) UU No.13 Tahun 2003
      [16] R.Djokopranoto, Outsourcing (Alih Daya) dalam No.13/2003 tentang Ketenagakerjaan (Perspektif Pengusaha), Materi Seminar disampaikan pada Seminar Outsourcing: Process and Mangement, World Trade Center Jakarta,13-14 oktober 2005, hal.5.
      [17] Ibid., hal.6.
      [18] Ibid., hal 7.
      [19] Ibid., hal.8
      [20] Ibid., hal.5
      [21] Berdasarkan informasi dari Bapak Ali Nursal, General Manager PT.Outsourcing (Alih Daya) Indonesia
      [22] Pelaporan dokumen tentang pekerjaan utama dan pekerjaan penunjang diatur pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : 220/MEN/X/2004 Tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain.
      [23] Pasal 65 ayat (2) UU No.13 tahun 2003[24] Pasal 66 ayat 2) butir a,b dan c UU No.13 tahun 2003[25] Mengenai PKWT dan PKWTT lihat pasal 56-60 UU No.13 Tahun 2003[27] Berdasarkan informasi dari Bpk. Yayan Hernayanto, Corporate Legal, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, 4 Agustus 2006.


Read More......