Monday, February 26, 2007

Prospek ekonomi tahun 2007

Prospek & Perkembangan Ekonomi Indonesia Tahun 2007
Oleh : Zulfikar

Perkembangan ekonomi makro tahun 2006 cukup mengembirakan inflasi dapat ditekan menjadi 6 %, nilai tukar dollar terhadap rupiah berada diangka psikologis yakni sebesar Rp. 9.100 – Rp. 9.200 an, BI Rate berkisar di angka 10.25 %, disusul harga minyak dunia $ 63/ barrel bahkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5.6 % - 6 %. Indikator ekonomi inilah menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi Indonesia menuju kearah yang lebih baik secara angka-angka diatas kertas. Namun hal ini hanyalah menjadi anomali dan illusioan economic dimana kondisi ekonomi makro berbanding terbalik dengan sektor riel yang belum tumbuh, yang dikhawatirkan akan menjadi bubble economic di tahun 2007 dimana terdapat pengangguran tumbuh mencapai 17 %, investasi yang hanya tumbuh sebesar 0.84 %, banyaknya orang kaya Indonesia yang meletakkan dananya ke Bank Singapur mencapai $ 87 M atau setara dengan Rp. 800 trilyun jika harga dollar berkisar diangka Rp. 9.200 serta mandulnya perbankan nasional yang ditandai dengan LDR berkisar di 50 % - 70 %, serta diimbanginya perbankan nasional yang hanya menempatkan dananya ke SBI, mengakibatkan ekonomi Indonesia secara angka-angka nampak sukses namun memiliki dampak illusion economi (tidak berdampak ke pertumbuhan ekonomi rakyat)Kinerja Ekonomi IndonesiaStabilitas makro ekonomi Indonesia secara angka-angka mengalami perbaikan, namun apabila kita melihat gejala – gejala ekonomi global dan regional merupakan dampak Bola Rebound (Bola Mentah) dari perkembangan ekonomi global dan regional Asia Tenggara. Dari perkembangan ekonomi global pada bulan oktober dengan keluarnya hasil FOMC (Federal Open Market Committee) yang masih mengindikasikan kekhawatiran terhadap laju inflasi AS, yang ditandai dengan melemahnya ekonomi AS dimana penjualan eceran dan indeks produksi AS mengalami perlambatan yang dikonfirmasikan dengan keluarnya angka PDB trilwulan III 2006 sebesar 1.6 % (qtq), yang lebih rendah dibandingkan dengan dua triwulan sebelumnya, akibatnya suku bunga AS yang dikeluarkan oleh Federal Reserve berada diangka 5.25 % yang berimbas dengan tekanan suku bunga global terhadap nilai tukar rupiah dan suku bunga Indonesia menjadi lebih baik menurunnya harga minyak dunia dari $ 78 / barrel menjadi $ 63 / barell, dimana AS berhasil melakukan eksplorasi minyak mereka di kawasan Irak, dan menjadi salah satu Negara penentu harga minyak disamping Negara-negara OPEC. Sedangkan untuk kawasan regional terjadinya hot money di Thailand akibat gejolak instabilitas politik dan keamanan mengalir ke Indonesia, yang ditandai beralihnya aliran dana dari Thailand ke Indonesia lewat pasar modal Indonesia dimana BEJ mencatat jumlah emiten sebesar 343 dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp. 1.212 Trilyun atau 43.73 % dari Produk Domestik bruto.Pertumbuhan ekonomi di tahun 2006 yang dikuatkan dengan sektor consumtion driven masih terus menguat yang tidak dimbangi dengan investment driven economic gowth yang mengakibatkan mandulnya sektor ril ini. Serta beban APBN yang hanya menangani subsidi dan bantuan BBM cukup memukul anggaran pengeluaran Indonesia. Pada tahun 2007, pemerintah mengasumsikan harga minyak sebesar USD65 per barel. Asumsi terlalu optimistis dikarenakan bahwa permintaan minyak dunia sudah mencapai 85 juta kiloliter per hari atau naik satu juta kiloliter per hari dibandingkan triwulan sebelumnya, akibat kenaikan permintaan dari China dan India. Permintaan minyak dunia didominasi oleh Amerika Serikat yang mengimpor 13,8 juta barel per hari. Sedangkan cadangan minyak terbesar dunia berada di kawasan Timur Tengah dengan jumlah 685 miliar barel (56,5 persen dari cadangan total dunia). Menjelang triwulan keempat permintaan diperkirakan akan mencapai 86 juta kiloliter per hari, akibat datangnya musim dingin di belahan bumi utara, yang secara tradisional bisa memberi tekanan naik harga minyak dunia.Indonesia saat ini masih merupakan anggota OPEC sekaligus negara pengimpor minyak bumi yang cukup besar (net importer), walaupun kebanyakan kontraktor eksplorasi minyak masih didominasi perusahaan Amerika Serikat sendiri yang hanya bersifat eksplorasi dan berfungsi sebagai broker saja sedangkan untuk teknologi hanya menggunakan tenaga subkontraktor, sehingga hal ini mengakibatkan pemerintah harus melakukan proses penyulingan, sampai menjadi bahan bakar yang dapat dikonsumsi.Produksi minyak mentah Indonesia kini yang hanya 1,05 juta barel per hari, sedangkan konsumsi minyak nasional sekitar 1,3 juta barel per hari, sehingga terjadi defisit 250 ribu barel per hari. Untuk itu kita perlu mengetahui tentang permintaan minyak nasional, dengan memperhatikan peningkatan rasio produksi minyak bumi terhadap jumlah penduduk. Pada dasawarsa 1980-an, Indonesia pernah mencapai puncak produksi 1,6 juta barel per hari, padahal waktu itu jumlah penduduknya “hanya” sekitar 130 juta orang. Pada 2006, keadaan sudah sedemikian memburuk: Indonesia hanya memproduksi 1,05 juta barel per hari, padahal jumlah penduduknya sudah jauh melonjak menjadi 230 juta orang. Dari kondisi inilah mengakibatkan tingkat konsumsi dalam negeri yang tinggi dengan jumlah produksi yang menurun sehingga memberatkan pemerintah dalam memberikan subsidi bahan bakar dikarenakan setiap kenaikan 1$ harga BBM mengakibatkan kenaikan cadangan devisa sebesar Rp. 200 juta, walaupun sekarang ada keinginan pemerintah untuk mengalihkan BBM ke sektor gas yang diusahakan untuk mengurangi subsidi bantuan BBM tersebut yang dikhawatirkan akan menimbulkan persoalan baru lagi dimasa yang akan datangKinerja Perbankan nasionalSementara itu kekuatan perbankan nasional masih kelihatan lemah syahwat walaupun BI Rate telah turun menjadi 10.75 % , yang dibarengi dengan Suku bunga kredit juga mengalami penurunan .Sedangkan apabila kita melihat gejala kondisi likuiditas mengalami peningkatan jalu pertumbuhan M1 mencapai 21.9 % (yoy), dimana sebelumnya tercatat pada bulan 19.8 % (yoy). Dengan melihat gejala ini maka secara riil M1 terus tumbuh positif, sedangkan M2 tumbuh sebesar 12.3 % (yoy), melambat dari bulan sebelumnya sebesar 13.9 % (y0y), sehingga mengalami perlambatan. Indikasi inilah yang sungguh mengherankan dimana dana ada namun tidak berani untuk menyalurkan ke dalam bentuk kredit, ada apa sebenarnya walaupun Kondisi iklim ekonomi sudah mulai stabil, namun yang menjadi persoalan bukan kondisi mikro ekonomi dan makro ekonomi nasional yang sudah stabil , yang menjadi persoalan adalah ketakutan pihak perbankan yang masih dihantui terutama bank-bank plat merah yang masih alergi akibat dampak kredit macet yang menyeret para banker ke hotel prodeo sehingga para banker dan analis kredit perbankan hanya memberikan keputusan kredit ke sektor konsumtif yang berbasis pada potong gaji dimana untuk menghindari NPL yang tinggi, keadaan seperti inilah berdampak semakin kronisnya sektor riel. Menurut data yang diperoleh dari kementrian UKM bahwa sektor UKM dapat menyerap tenaga kerja lebih kurang 77 Juta orang, dan apabila pihak perbankan terus menggiatkan sektor UKM tentunya akan mengurangi jumlah pengangguran. Apabila pihak perbankan terus mengucurkan kreditnya lewat sektor UKM, maka pertumbuhan perekonomian Indonesia dapat didorong untuk tumbuh minimal 7 persen, sehingga mampu menyerap hampir seluruh tenaga kerja baru yang memasuki pasar sekitar 2,1 juta orang per tahun. Akibat tenaga kerja baru yang tak terserap setiap tahun, dan berakumulasi dengan penggangguran tahun-tahun sebelumnya, angka pengangguran terbuka saat ini diperkirakan telah mencapai 10,85 juta orang. Bila ditambah dengan pengangguran terselubung (disguised unemployment) dan orang-orang yang bekerja tidak secara optimal sesuai kehendaknya (under unemployment), maka jumlahnya mencapai 40 juta orang.Sementara itu kebijakan bank Indonesia dalam melaksanakan inflation targeting, BI Rate hanyalah bersifat mengontrol kebijakan monter, namun yang harus ditekankan kepada pihak perbankan harus mengeluarkan aturan baku yang berupa pelaksanaan GWM (Giro Wajib Minimum) yang berbasis pada LDR, sehingga perbankan akan terpacu melaksanakan pengucuran kredit, disamping itu juga bagi bank-bank yang keleibihan likuiditas yang melaksanakan placement ke bank lain yang bukan instrument SBI, harus dikontrol dikarenakan adanya penggunaan special rate, dimana Bank yang kurang likuiditas harus membayar placement dana dari Bank lain dengan Bunga bahkan diatas SBI dan LPS. BI harus mengambil tindakan tegas apabila diatas SBI atau LPS bunga yang dikenakan dengan melaksanakan denda bagi Bank yang memberikan placement dana ke Bank lain diatas SBI atau LPS.Arah dan Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia Tahun 2007Kebijakan pemerintah untuk tahun 2007 haruslah menitik beratkan pada iklim investasi dan iklim usaha, khususnya kepastian hukum dan kemudahan prosedur, Untuk mempercepat kebijakan sektor riel ini pemerintah harus menyegerakan program pengucuran dana untuk pengentasan pengangguran lewat program pembangunan kelurahan atau kecamatan dan infrastruktur dimana dana Rp. 100 T tersebut dialokasikan Rp. 60 T kecamatan dan Rp. 40 T untuk infrastruktur, kemudian merubah kebijakan BLT dengan pemberian modal kerja kepada masyarakat yang tidak mampu. Mempercepat proses pembangunan didaerah leat RKP (Rencana Kerja Pemerintah) tahun 2007 khususnya listrik, gas, Air dan transportasi. Melanjutkan program SUP kepada sektor UKM melalui Bank-bank yang memiliki LDR yang lebih besar, yang selama ini diberikan ke Bank Plat merah yang tidak efektif penyalurannya. Untuk memberikan stimulus kepada pihak perbankan terutama bank plat merah pemerintah harus benar-benar mengevaluasi kembali CEO bank-bank plat merah tersebut bagi yang tidak perform dengan LDR yang rendah segera melakukan RUPS luar biasa, disamping itu juga pemerintah harus fair bagi CEO yang berhasil dan bank yang berhasil harus memberikan bonus yang lebih kepada bank tersebut dari pengurangan deviden yang disetor ke pemerintah lewat laba rugi perbankan tersebut .Sedangkan untuk eksplorasi minyak nasional yang diserahkan kepada pihak asing perlu diperhatikan kembali karena selama ini tidak ada transfer teknologi dan SDM dalam menghidupkan sektor UKM lokal, dan hanya bersifat broker dengan melaksanakan subkont kepada perusahaan besar, sedangkan perusahaan lokal sebagai sub kont kedua. Untuk tahun 2007 kedepan investasi asing masih didominasi oleh perebutan bank-bank nasional yang didomiasi oleh Asing, Aseng dan Arab. Sedangkan sektor lain yang menarik lainnya adalah masih berputar di padat modal seperti sektor telekomunikasi, dan perminyakanUntuk kebijakan Bank Indonesia disarankan untuk melaksanakan GWM berbasis pada LDR, serta mengontrol placement (pene mpatan dana) ke Bank lain diatas SBI atau LPS. Untuk menjaga volatilitas nilai rupiah, sterilisasi/intervensi valas harus dilakukan secara terukur dengan disertai melanjutkan berbagai langkah-langkah dalam perbaikan kesimbangan pasar valas dari sisi demand dan supply

Read More......

Mengelola dana CSR

MENGGERAKKAN SEKTOR RIEL LEWAT PERAN SOSIAL PERUSAHAAN

Oleh : Zulfikar

Mandulnya sektor riel pada tahun 2006 yang ditandai dengan ketakutan perbankan menyalurkan kredit yang ditandai dengan LDR (Loan Deposit Ratio) bank plat merah nasional yang berkisar 60 %- 80 % dan NPL (non Performing Loan ) mencapai diatas 5 %, mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 5.5 % yang tentunya berimbas pada angka inflasi yang berada pada level 5.6 %, yang menciptakan pengangguran sebesar 300 – 400 ribu orang angkatan kerja baru.

Konsep Penggerakan Sektor Riel
Dengan adanya program CSR tentunya dapat menghidupkan sektor riel, dengan memberikan dananya yang dapat dilakukan dengan dua cara :
a. Konsep pertama
Bekerjasama dengan pihak perbankan lewat penempatan dana CSR dengan penempatan deposito sebagai jaminan untuk disalurkan kepada sektor riel, dimana pihak perbankan harus menyalurkan kredit dengan bunga sebesar SBI yakni sebesar 10 % - 11 %. Pihak perbankan menyalurkan dengan sangat selektif dengan memperhatikan aspek kelayakan (4 C) tanpa Collateral si debitur yakni jaminan fixed asset si nasabah tersebut , nah keuntungan dari bunga yang diperoleh harus diputar kembali untuk menyalurkan kredit yang baru, sedangkan apabila tejadi default kepada debitur dikarenakan faktor-faktor binis dan ekonomi dan bencana alam maka pihak bank dapat membreak deposito tersebut sebagai jaminan. Pihak bank harus memberikan laporan setiap 6 bulan tentang perkembangan nasabah, sebagai bentuk tanggung jawab pihak bank dalam memberikan kredit kepada nasabah, serta menghindari side streaming pemberian kredit kepada debitur.

b. Konsep Kedua
Bekerjasama dengan pihak perbankan lewat penempatan dana CSR yakni 30 % sebagai bentuk deposito dan 70 % lewat giro. 70 % ini diberikan dalam bentuk tunai lewat kredit dan 30 % dalam bentuk deposito sebagai dana jaga-jaga dimana bunga dari deposito tidak dianggap sebagai pendapatan perusahaan namun diputar kembali dalam bentuk tunai ditambah dengan fixed asset si debitur, untuk besar bunga sebesar SBI 10 % -11 %. Dalam hal ini pihak perusahaan memberikan referensi kepada Bank, terhadap perusahaan lokal yang hanya mengerjakan proyek-proyek di lingkungan perusahaan PT. Newmont, dimana perusahaan lokal tersebut sudah berhubungan lama dengan perusahaan dalam mengerjakan projek paling tidak sudah 2 tahun. Perusahaan lokal tersebut dapat kredit dalam bentuk tunai 100 %, dan dia hanya memberikan assetnya hanya sebesar 70 % contoh illustrasi :
PT. A dalah kontraktor PT. Newmont Pasific Nusantara bermaksud mengerjakan proyek di lingkungan PT. Newmont sebesar Rp. 100 Juta maka PT. A dapat uang tunai dari Bank X sebesar Rp. 100 Juta dengan fixed asset senilai Rp. 70 Juta.

c. Konsep Ketiga
Perusahaan secara langsung mengelola CSR lewat divisi CSR dengan menyalurkan kredit lunak kepada sektor UKM, pihak divisi CSR dapat melakukan analis kredit dan verifikasi terhadap sektor UKM dengan memperhatikan aspek-aspek kelayakan nasabah UKM tersebut, yakni kepada UKM-UKM lokal yang harus diberdayakan. Untuk mengindari adanya side streaming dalam penggunaan dana tersebut, pihak CSR harus melihat kondisi UKM tersebut misalnya telah menjadi rekanan pengerjaan kontraktor PT. Newmont atau UKM yang telah menjalankan usahanya selama 2 tahun, sedangkan untuk menghindari adanya kredit macet dari CSR yang ada, maka pihak divisi CSR PT. Newmont meminta collateral sebesar 60 % – 70 % , meminta collateral ini sebagai itikat baik dari si UKM dalam mengelola amanah yang diberikan. Keuntungan dari penyaluran kredit tersebut dapat digulirkan kembali kepada sektor riel lainnya dalam bentuk kredit.

Penutup
Dengan menggunakan 3 konsep diatas pihak PT. Newmont Pacific Nusantara dapat memberikan contoh kepada pihak perbankan yang mandul dalam menyalurkan kredit tersebut, dan secara tidak langsung dapat membangun budaya baru dalam penggunaan dana CSR, dimana dana CSR tersebut dalam bentuk amanah yang harus digulirkan kembali dalam bentuk kredit untuk mengembangkan sektor riel, dan yang harus diperhatikan keuntungan dana CSR ini nantinya tidak boleh untuk laba perusahaan tapi harus digulirkan lagi lewat kredit.

Read More......