Wednesday, June 27, 2007

PERTEMUAN SPRITUAL CAPITAL BARAT DENGAN SPRITUAL CAPITAL TIMUR






Pertemuan antara Spritual Capital Barat Dengan Spritual Capital Timur
Tulisan ini diangkat dari Seminar
"When East Meet West :The New Formula to Win in the Third Millenium"

Antara Ary Ginanjar dan Danah Zohar

Ditulis : Oleh Zulfikar



Saya sangat suka sekali tulisan Ary Ginanjar dan Danah Zohar bahkan kalau tidak ada waktu saya sering membacanya berulang-ulang untuk memberikan motivasi baru pada diri saya, Ary Ginanjar dengan bukunya ESQ memberikan suatu pencerahan bahwa kekuatan spritual merupakan penyeimbang antara kekuatan IQ dan EQ, jika dunia barat selalu menjunjung tinggi kekuatan IQ dan EQ ternyata setelah dilakukan penelitian ternyata ada sesuatu yang kosong bagi diri mereka yakni kekuatan akan rindunya zat yang maha tinggi yakni pencipta alam semesta. Sedangkan Danah Zohar dan suaminya Ian Marshal mereka berdua adalah suami istri, dimana Ian Marshal adalah seorang fisikawan yang telah membuktikan adanya kekuatan lain di dalam ilmu fisika, dari hal inilah lalu di kombinasikan dengan istrinya seorang phisikolog yang memahami perilaku manusia bukunya yang mereka beri nama Spritual Capital juga memberikan pencerahan dimana dunia kapitalis dan sosialis tidaklah memberikan kemakmuran kepada masyarakat namun memberikan kehancuran, dan mereka ternyata ingin membuktikan bahwa ada kekuatan lain yang mampu memberikan kesimbangan, saya jadi teringat ketika Adam Smith membuat buku "Wealth of nationnya", juga terinspirasi dari pergaulan beliau ketika berada di Spanyol, dimana Spanyol pada masa itu masih diwarnai dengan kebudayaan timur.
Seminar yang diadakan tersebut memberikan inspirasi bagi saya untuk membuat resume tentang isi seminar tersebut

Danah Zohar mengatakan bahwa bisnis juga politik, kini kebanyakan keluar dari nilai-nilai-nilai universalisme menjalankan praktik kotor. Hal ini dipcu oleh kapitalisme modern yang memegang paham bahwa manusia semata-mata makhluk ekonomi demi menghasilkan uang. Mereka merumuskan kerja sebagai mengejar uang belaka, persetan dengan nilai-nilai. " Hukum gerak" Kapitalisme (hukum kompetitif, hukum maksimalisasi laba, hukum akumulasi kapital) telah menjebak bisnis umumnya dalam sebuah perburuan keuntungan kompetitif yang kejam. Bisnis pada abad ini, tampil seperti sebuah rawa, dimana seekor buaya melahap semua mangsanya dengan segala cara.

Bisnis yang menganut paham ini telah meluluhlantakkan pendukung sumber daya alam seperti hutan. Pemanasan global meningkat karena keserakahan bisnis dan politik dalam mengeksploitasi alam. " Bisnis dengan paham ini tengah membunuh dirinya sendiri, anak-anaknya dan juga lingkungannya karena terjebak dengan mentalitas jangka pendek yakni profit semata. Sebagian bahkan sudah terbunuh". Perusahaan telekomunikasi kedua terbesar di Amerika Serikat, yakni World.com bermarkasi di Clinton Misisipi adalah contohnya. Dengan aset 107 miliar dolar AS dengan 20 juta pelanggan ternyata tidak membuat pemiliknya puas.

Perusahaan raksasa demi keuntungan yang lebih besar lagi melakukan kecurangan dengan memanipulasi laporan keuangan sebesar 3.8 M $ kebusukan ini akhirnya tercium oleh pihak berwenang AS. Dari hasil investigasi dimana pemerintah AS dirugikan hingga 565 juta $ dari saham yang ditanamkan perusahaan ini. Akhirnya perusahaan ini bangkrut.

Sedangkan konsep CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai bentuk kepedulian bisnis terhadap lingkungan, terbagi dalam 3 kelompok. Pertama sebagai upaya pencitraan oleh PR (public Relation). Tingkat ini paling rendah karena CSR hanya jadi alat agar perusahaan "kelihatan" peduli pada lingkungan. Kedua menjadikan CSR defensif strategy agar perusahaan terhindar dari anggapan buruk publik. Cirinya respon pada lingkungan reaktif,sesaat tanpa visi batin apapun. Sedangkan level ketiga adalah menjadikan CSR nilai landasan bisnisnya dengan tujuan kemaslahatan pada sesama yang memerlukan.

"Di level ketiga inilah yang disebut dengan Spritual Capital, sebagai contoh Coca Cola telah menerapkan prinsip ini, dimana perusahaan Coca Cola menggunakan jaringan distribusinya di India untuk membantu pemerintah India dalam mendistribusikan vaksin folio ke daerah pedesaan-pedesaan terpencil. Di Afrika mereka menggunakan jalur distribusinya menyampaikan obat AIDS tanpa biaya tambahan. Perusahaan ini juga mendirikan klinik-klinik kesehatan di sepanjang pedalaman Cina dan Asia Tenggara. Begitu juga dengan perusahaan lain yang menerapkan Spritual Capital seperti : BP, Starbuck dan lain-lain. Ada 3 pilar yang menopang bisnis pertama Financial Capital, Kedua Social Capital dan Ketiga Spritual Capital.

Ary Ginanjar memberikan suatu sesi kedua dan menceritakan tentag kehidupan beberapa ekor binatang di tengah hutan, beberapa ekor binatang ini begitu heran mengapa manusia lebih kejam dan begitu serakah yang dengan tega telah mengambil segala kebutuhan hidup binatang, sehingga membuat binatang ini pun berfikir bahwa " sekarang manusia lebih binatang daripada kita sendiri yang sebenarnya adalah binatang."


Asumsi bahwa manusia semata-mata adalah makhluk ekonomi yang hidupnya hanya demi menghasilkan uang telah meningkat stres dan kelelahan pada banyak orang. Kesadaran akan tujuan fundamental dalam hidup dikorbankan demi mengejar keuntungan yang lebih banyak dan pertumbuhan moneter yang lebih tinggi. Akibatnya orang berubah jadi mesin yang mengorbankan waktunya bersama keluarga, waktu bersantai, waktu untuk memenuhi kebutuhan batin, waktu menikmati kekayaan yang telah dikumpulkan. Ketidakbermaknaan dan dan stress kini penyebab utama penyakit dunia maju. Penyakit-penyakit seperti depresi, keletihan, sindrom kepenatan yang kronis, alkoholisme, penyelahgunaan obat, sex bebas dan bunuh diri jelas-jelas terkait dengan stres. Kita terjebak dalam paham hidup materailistis dan hedonis yang ekstrim.


Jika orang melanggar keseimbangan alam maka terjadi daya tarik kembali ketitik keseimbangan, mulai dari zaman Boshevik, fasis, Marxis dan kapitalis murni telah mengajarkan bahwa siapa yang ekstrim akan runtuh ditarik oleh keseimbangan nilai-nilai universalisme. Dari 500 perusahaan pertama yang masuk dalam daftar standar and Poor tahun 1957, saat ini hanya tinggal 74 perusahaan saja, Mengapa ? ternyata 84 % perusahaan-perusahaan terbaik hilang. Penyebab paling utama adalah terjadinya kebangkrutan akibat pelanggaran atas penerapan prinsip universal (nilai-nilai kebaikan).


Dari perusahaan yang bertahan ternyata ditemukan CEO atau pimpinan yang memiliki landasan spritual yang membangun usahanya berbasis nilai yang lebih tinggi dari sekedar uang. David Maxwell ketika diangkat jadi Dirut Fannie Mae pada tahun 1981 perusahaan merugi setiap hari 1 juta dollar AS. Pada tahun 1990 perusahaan yang dipimpinnya mampu menyaingi perusahaan paling baik di wall street dengan keuntungan perharinya mencapai 4 juta dollar AS yang mengalahkan pasar saham umum 3.8 berbanding 1.


Maxwell pensiun ketika masih berada dipuncak karirnya dan menyerahkan sisa pensiunnya sebesar 5.5 juta dollar AS untuk yayasan fannie Mae yang membuatkan rumah bagi orang-orang yang berpenghasilan rendah. "Artinya ketika setiap orang tidak menjadikan uang berhala dalam hidupnya maka ia akan mendapat pencapaian yang lebih tinggi."


Spritual Capital memberikan jalan tengah yakni menggabungkan spritualisme dunia timur dengan rasional dunia barat. "Orang yang selalu spritual akan tertinggal dalam kehidupan dunia dan menjadikan spritual sebagai pelarian. Sedangkan orang yang terlalu rasional akan mengalami krisis makna dalam hidupnya.

No comments: