PERTEMUAN SPRITUAL CAPITAL BARAT DENGAN SPRITUAL CAPITAL TIMUR
Tulisan ini diangkat dari Seminar
"When East Meet West :The New Formula to Win in the Third Millenium"
Antara Ary Ginanjar dan Danah Zohar
Seminar yang diadakan tersebut memberikan inspirasi bagi saya untuk membuat resume tentang isi seminar tersebut
Danah Zohar mengatakan bahwa bisnis juga politik, kini kebanyakan keluar dari nilai-nilai-nilai universalisme menjalankan praktik kotor. Hal ini dipcu oleh kapitalisme modern yang memegang paham bahwa manusia semata-mata makhluk ekonomi demi menghasilkan uang. Mereka merumuskan kerja sebagai mengejar uang belaka, persetan dengan nilai-nilai. " Hukum gerak" Kapitalisme (hukum kompetitif, hukum maksimalisasi laba, hukum akumulasi kapital) telah menjebak bisnis umumnya dalam sebuah perburuan keuntungan kompetitif yang kejam. Bisnis pada abad ini, tampil seperti sebuah rawa, dimana seekor buaya melahap semua mangsanya dengan segala cara.
Ary Ginanjar memberikan suatu sesi kedua dan menceritakan tentag kehidupan beberapa ekor binatang di tengah hutan, beberapa ekor binatang ini begitu heran mengapa manusia lebih kejam dan begitu serakah yang dengan tega telah mengambil segala kebutuhan hidup binatang, sehingga membuat binatang ini pun berfikir bahwa " sekarang manusia lebih binatang daripada kita sendiri yang sebenarnya adalah binatang."
Asumsi bahwa manusia semata-mata adalah makhluk ekonomi yang hidupnya hanya demi menghasilkan uang telah meningkat stres dan kelelahan pada banyak orang. Kesadaran akan tujuan fundamental dalam hidup dikorbankan demi mengejar keuntungan yang lebih banyak dan pertumbuhan moneter yang lebih tinggi. Akibatnya orang berubah jadi mesin yang mengorbankan waktunya bersama keluarga, waktu bersantai, waktu untuk memenuhi kebutuhan batin, waktu menikmati kekayaan yang telah dikumpulkan. Ketidakbermaknaan dan dan stress kini penyebab utama penyakit dunia maju. Penyakit-penyakit seperti depresi, keletihan, sindrom kepenatan yang kronis, alkoholisme, penyelahgunaan obat, sex bebas dan bunuh diri jelas-jelas terkait dengan stres. Kita terjebak dalam paham hidup materailistis dan hedonis yang ekstrim.
Jika orang melanggar keseimbangan alam maka terjadi daya tarik kembali ketitik keseimbangan, mulai dari zaman Boshevik, fasis, Marxis dan kapitalis murni telah mengajarkan bahwa siapa yang ekstrim akan runtuh ditarik oleh keseimbangan nilai-nilai universalisme. Dari 500 perusahaan pertama yang masuk dalam daftar standar and Poor tahun 1957, saat ini hanya tinggal 74 perusahaan saja, Mengapa ? ternyata 84 % perusahaan-perusahaan terbaik hilang. Penyebab paling utama adalah terjadinya kebangkrutan akibat pelanggaran atas penerapan prinsip universal (nilai-nilai kebaikan).
Dari perusahaan yang bertahan ternyata ditemukan CEO atau pimpinan yang memiliki landasan spritual yang membangun usahanya berbasis nilai yang lebih tinggi dari sekedar uang. David Maxwell ketika diangkat jadi Dirut Fannie Mae pada tahun 1981 perusahaan merugi setiap hari 1 juta dollar AS. Pada tahun 1990 perusahaan yang dipimpinnya mampu menyaingi perusahaan paling baik di wall street dengan keuntungan perharinya mencapai 4 juta dollar AS yang mengalahkan pasar saham umum 3.8 berbanding 1.
Maxwell pensiun ketika masih berada dipuncak karirnya dan menyerahkan sisa pensiunnya sebesar 5.5 juta dollar AS untuk yayasan fannie Mae yang membuatkan rumah bagi orang-orang yang berpenghasilan rendah. "Artinya ketika setiap orang tidak menjadikan uang berhala dalam hidupnya maka ia akan mendapat pencapaian yang lebih tinggi."
Spritual Capital memberikan jalan tengah yakni menggabungkan spritualisme dunia timur dengan rasional dunia barat. "Orang yang selalu spritual akan tertinggal dalam kehidupan dunia dan menjadikan spritual sebagai pelarian. Sedangkan orang yang terlalu rasional akan mengalami krisis makna dalam hidupnya.
No comments:
Post a Comment